Rasulullah pernah menginstruksikan kepada sahabat Wabishah, “Istafti qalbaka was tafti nafsaka; mintalah fatwa pada hatimu dan mintalah fatwa pada dirimu”, dan hal ini diulang Rasulullah sebanyak tiga kali. Rasulullah menjelaskan, “karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” (HR. Ahmad)
Yap, inilah yang disebut dengan self awareness; memahami diri sendiri dengan sebaik-baiknya. Hal ini merupakan sebuah keharusan dan level tertinggi dari kesadaran diri. Bahwa setiap orang mampu menyadari dirinya adalah seorang hamba. Maka, Salah satu nilai kehidupan yang disampaikan oleh Rasulullah ini adalah kita diminta untuk mengenal diri kita sendiri dengan penuh kejujuran. Maka, saat diri mengalami problematika dalam kehidupan, diantara sekian banyaknya solusi, yang paling mendasar adalah mengawalinya dari diri sendiri.
Allah menciptakan setiap manusia itu dalam kondisi dan bentuk paling paripurna dengan potensi-potensi kebaikan yang berbeda-beda dan bisa dioptimalisasikan untuk menikmati kehidupan ini dengan jalan yang benar. Coba maknai redaksi “Sawwa; kesempurnaan penciptaan” pada QS. As Syams ayat 7, “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,” lalu ditegaskan pula pada QS. As Sajdah (32):9, “Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”
Jadi, kenalilah diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita mengenali orang lain. Manfaatnya tiada lain, Pertama, Agar kita lebih bersyukur atas anugerah kesempurnaan yang telah Allah karuniakan dalam diri ini. “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At Tin (94):4). Manfaat kedua, agar kita mampu mengoptimalkan segala potensi, kemampuan, ataupun energi yang kita miliki untuk menikmati kehidupan ini.
Mengutip ucapan Viktor Emil Frankl, sosok pendiri logoterapi dan analisis eksistensial pada bukunya Man’s Search for Meaning, bahwa, “Those who have a ‘why’ to live, can bear with almost any ‘how’; Dia yang memiliki (dan memahami) “mengapa” untuk hidup, pasti bisa menjawab hampir semua “bagaimana”. Jadi, jawaban atas pertanyaan bagaimana solusi dari semua masalahku? yaitu dengan mengetahui jawaban dari mengapa Allah memberikan ujian dan musibah kepada seseorang?. Saat kita pahami dari hadis Rasulullah. “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR. Bukhari). Ternyata inilah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.
Jadi, dari manakah sebaiknya kita mulai pengenalan diri sendiri? Tentu bisa dimulai dengan kembali menegaskan akan visi dan misi kehidupan, memahami kelebihan dan kekurangan diri, fokuslah pada tujuan hakiki kehidupan, dalami potensi diri untuk mengambil peran dalam kehidupan, dan perbanyak alasan untuk selalu bersyukur atas kenikmatan hidup. Dimana, semua ini akan bermuara pada kesadaran akan sudut pandang, pola pikir, perasaan, serta Tindakan. Dan menariknya dari sebuah riset yang dilakukan Harvard Business Review, banyak orang yang belum mengenali dirinya sendiri. Hal ini terbukti dari 50 responden hanya 10- 15% saja yang memiliki kesadaran diri sendiri (self-awareness).
Dalam upaya kita mengenali diri, diperlukan pula penilaian-penilaian dari eksternal, yaitu orang-orang yang ada disekitar kita. Ibaratnya cermin datar, orang terdekat kita akan membantu menilai dan memberikan valuenya ke kita. Sebuah pepatah arab menyampaikan, “Man yuhibbuka yaro fieka jamaalan lam tarohu anta fie nafsika; Orang yang mencintaimu melihat sebuah keindahan pada dirimu yang kau sendiri tidak pernah melihatnya”. Lalu belajarlah skill yang baru untuk kemudahan beradaptasi dengan segala hal yang baru, sebab dunia ini terus berubah dan berkembang sangat dinamis. Dengan ini perlahan kita akan mengubah cara berpikir, berperasaan, dan bertindak. So, yuk mengenal diri sendiri. Bitaufiqillah! (Allahu A’lam).
Oleh:
Ustaz Heru Kusumahadi M.PdI
Pembina Surabaya Hijrah (KAHF)
————————
Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
💳 BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq
atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425
Konfirmasi: 0823 3770 6554
—
LAZ Nasional LMI Jakarta – Banten – Jawa Barat
Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019