Siapa tak bangga punya anak berIQ tinggi dengan segudang prestasi dan pencapaian yang membanggakan? Rajin ikut olimpiade dan lomba-lomba serta selalu menjadi juara. Mendapatkan penghargaan dan beasiswa dari berbagai sumber. Namun, seringkali kita lupa bahwa selain mendidik anak agar memperoleh kesuksesan di bidang akademik dan kelak dalam jalur karir diperlukan pula hal lain. Kemuliaan akhlak dan ketangguhan menghadapi berbagai macam persoalan juga merupakan salah satu target edukasi orangtua.
Apakah anak pintar berarti tidak baik? Bukan demikian.
Harus dicermati, bahwa anak pintar seringkali sangat kritis dan tidak mudah menerima pendapat orang lain seperti nasihat orangtua dan guru.
Ketika menerima perintah agama pun, akan balik bertanya : Mengapa harus wajib sholat? Mengapa aku berjilbab sementara temanku tidak? Haruskah mengalah pada adik? Pentingkah berbakti pada orangtua? Mendidik anak menjadi pintar harus diiringi keinginan orangtua untuk menjadikannya baik. Bahwa menjadi juara ke-1 itu hebat, namun kalau tidak mau membantu teman saat belajar bersama, itu juga tidak baik. Menjadi juara pertama itu keren, namun kalau gagal, harus siap menerima kekalahan. Tidak mencaci maki teman yang lain apalagi mencaci juri atau pun guru.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan sebagai orangtua ketika membimbing Ananda agar ia sukses sembari mengasah aspek akhlaqul karimah :
1. Segala sesuatu bersumber dari Allah Swt. Kecerdasan, IQ yang tinggi, kemampuan problem solving terkait soal-soal matematik hingga kecerdasan berbahasa adalah anugerah Allah Swt semata. Tentu, s esuaikan dengan tingkat usia Ananda. Bisa menyampaikannya dengan lagu, cerita, film, dan nasihat singkat.
2. Ajaklah Ananda merasakan empati terhadap teman yang mengalami kegagalan. Semisal, Ananda mendapatkan nilai tertinggi di kelas, tanyakan bagaimana dengan teman-teman yang mendapatkan nilai rendah? Apa yang menyebabkan murid yang lain mendapatkan nilai jelek? Bila jawaban Ananda sangat taktis seperti, ”Temanku gak mau belajar, sih!” Cobalah gali lebih jauh. Mengapa ia tidak belajar? Apakah memang malas ataukah tidak ada kesempatan belajar karena harus membantu orangtua mencari uang hingga larut malam?
3. Bersabarlah bila Ananda banyak protes dan meminta diskusi lebih lanjut. Pertanyaan yang seringkali membuat orangtua meradang adalah kalimat semacam, “Kenapa Allah gak adil sih?” atau ”Untuk apa aku dilahirkan kalau gagal terus?” Keluh kesah yang seringkali berulangulang menunjukkan bahwa ananda masih membutuhkan bimbingan dalam menghadapi hidup
4. Libatkan Ananda dalam berbagai kejadian yang membuatnya mengolah daya pikir dan perasaannya. Semisal, kaum muslimin memiliki beberapa hari perayaan seperti Idul Adha dan Tahun Baru Hijriyah. Tanyakan : kenapa sih harus memotong hewan qurban? Kenapa harus berbagi daging pada yang lain di saat kita juga sangat sulit membeli hewan qurban? Mengapa harus peduli pada anak yatim, kalau kondisi keluarga juga kesusahan? Selain perasaan humanis yang ingin kita munculkan, cobalah gali daya nalarnya. “Gimana kalau kita gak punya uang 3 juta buat Qurban, tapi cuma punya 500 ribu?”
5. Selalu siapkan amunisi terbaru dalam menghadapi perkembangan zaman. Doadoa yang terbaik adalah senjata utama. Ilmu pengetahuan adalah senjata yang berikutnya. Apa saja yang sebetulnya dihadapi anak saat ini? Film, musik, tontonan apa yang menarik perhatiannya? Jadikan itu sebagai sumber pembelajaran dan diskusi dengan Ananda.
* Sebagai contoh, anak-anak mungkin sangat abstrak ketika membahas dunia pasca kematian. Lewat beberapa film asing, dapat diambil cuplikan kehidupan sesudah mati. Misal, film horror Spanyol berjudul Errementari, yang sebagian scenenya menggambarkan berbondongbondong orang masuk neraka dengan pengawalan setan. Kita bisa mengingatkan Ananda bahwa dalam QS Az Zumar, orang masuk surga dan neraka dengan berbondongbondong.
*Puss in Boots, adalah film animasi menarik yang mencapai box office dan menuai banyak pujian. Salah satu quote-nya yang berulang adalah, “Death comes to us all.” Lewat animasi tersebut, kita ajak anak-anak memahami bahwa di belahan dunia manapun, kematian adalah hal yang paling ditakutkan.
*Film animasi Coco yang menghadirkan lagu-lagu cantik macam Remember Me, mengajarkan pada anak-anak secara gambling tentang kehidupan sesudah kematian. Mereka yang menanam banyak hal baik akan berada dalam kehidupan pesta pora di alam kubur, begitupun sebaliknya. Ayah Bunda, semoga Allah Swt senantiasa membimbing kita untuk mampu mendidik anak-anak, generasi penerus bangsa ini.
Oleh:
Bunda Sinta Yudisia
Penulis, orang tua, dan pemerhari anak & remaja
—
Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq
atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425
Konfirmasi: 0823 3770 6554
—
LAZ Nasional LMI Jakarta
Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019