Doa, Bahasa Komunikasi yang Tak Pernah Basi

Doa, Bahasa Komunikasi yang Tak Pernah Basi

Doa merupakan bahasa komunikasi? Ya, demikianlah islam memfasilitasi kita dengan doa untuk bisa berkomunikasi dengan Allah SWT. Dalam ilmu mantiq (logika), manusia diistilahkan dengan “Al-Insanu hayawanun nathiq; manusia adalah binatang yang berfikir. Nathiq adalah berkata-kata dan mengeluarkan pendapat berdasarkan pikirannya. Sebagaimana yang tercantum dalam Surat Ar Rahman (55): 3-4, bahwa manusia telah Allah ciptakan dan karuniakan kemampuan menyampaikan. “Khalaqal Insan, ‘Allamahul bayan; Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara”. Dalam beberapa tafsir, Al Bayan itu bukan sekedar kata-kata kosong melainkan kemampuan atau kecerdasan berfikir untuk memahami dengan benar, serta kemampuan memberikan penjelasan kepada orang lain dengan benar dan baik pula. Sebab kemampuan berbicara adalah keniscayaan dalam kehidupan. Mulai dari belajar, mendapatkan pemahaman, menyampaikan ilmu, mengutarakan isi hati, hingga menumbuhkan dan memelihara suatu hubungan sosial. Dalam Al Quran pula, telah Allah ajarkan ilmu komunikasi yang dibahasakan menggunakan istilah Qaulan. Ada cukup banyak konsepsi komunikasi di dalam al Quran. Diantaranya. (1). Qaulan layyinan; komunikasi yang lembut (QS. Thaha (20): 44). (2). Qaulan Kariman; perkataan yang mulia (QS. Al Isra’ (17) : 23). (3). Qaulan Maysuran; perkataan yang pantas (QS. Al Isra’ (17) : 28). (4). Qaulan ‘Adziman; Komunikasi yang besar (QS. Al Isra’ (17) : 40). (5). Qaulan Ma’rufan; perkataan yang dipahami (QS. An Nisa’ (4) : 9). (6). Qaulan Tsaqilah; perkataan yang berat (QS. Al Muzammil; (73): 5), dan lain sebagainya. Nah, jika konsep komunikasi Al Quran ini dipadankan dengan ilmu komunikasi modern, ada satu kelebihan ilmu komunikasi ala Al Quran dan yang tidak ada dalam konsep ilmu komunikasi modern. Apa itu? Qaulan Layyinan; perkataan yang lembut. Ada sebuah definisi menarik yang dijabarkan dalam tafsir Ibnu Katsir mengenai Qaulan layyinan. Bahwa katakata yang lembut itu halus, logis, supel, mengena di hati dan menenangkan jiwa pendengarnya. Menarik sekali bukan? Umumnya komunikasi diajarkan dan ditujukan untuk memenangkan akal maupun logika. Padahal muara tertinggi dalam sebuah komunikasi adalah memenangkan hati. Salah satu contoh penerapan qaulan layyinan adalah komunikasi ala Nabi Musa dan Nabi Harun yang memiliki akal budi, kelogisan berpikir, dan mudah dipahami lawan bicaranya yang tak lain dan tak bukan adalah Firaun yang sombong, keras, kejam, bengis, biadab, bahkan buta hati. Ayat ini termaktub pada QS. Thaha (2) : 44. “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata kata yang lemah lembut, mudah- mudahan ia ingat akan takut”. Maka, muara Qaulan Layyinan adalah menjadikan hati kembali ingat kepada fitrahnya sebagai hamba. Jika kita telisik lagi, rupanya perkataan Nabi Musa sebelum berbincang dengan Firaun adalah sebuah doa, “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha (20): 25-28)”. Ya, Diantara pendapat ulama tafsir, yang dimaksudkan dengan qaulan layyinan adalah bahasa komunikasi berbentuk doa yang mengawali sebelum penyampaian sesuatu. Ini pula yang tidak diajarkan dalam ilmu komunikasi modern: doa.
doa
Rasulullah juga mengajarkan sebuah doa agar hati yang mudah sekali terbolak balik ini selalu berada dalam kebenaran dan kebaikan. Sehingga dalam berkomunikasi, kitalah yang terjaga. “Ya Mushorrifal qulub, tsabbit qulubana ‘ala tha’atik; Wahai yang membolak balikkan hati, tetapkan hati kami dalam ketaatan kepadaMU” (HR. Muslim). Pun Nabi Ibrahim memiliki doa agar tutur katanya memberi kebaikan. Doa tersebut termaktub pada QS. Asy Syu’ara (26) : 83-84. “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh. dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian”. Dan terbukti pada kisah komunikasi antara Nabi Ibrahim dengan putranya yang sangat menenangkan hati. Bisa di tadabbur pada QS. As Shaffat (37) : 100-110. Qaulan Layyinan tidak sebatas perkataan di bibir saja, tapi di dalamnya terkandung pula harapan kepada Allah untuk membolak balikkan hati manusia agar komunikasi kita melahirkan potensi kebaikan. Maka, sebelum kita menyampaikan sesuatu, menasihati, mendakwahi, mengajak, menginformasikan gagasan, atau lainnya, mari kita awali dengan sebuah doa. Silahkan menggunakan doa Nabi Musa, doa Nabi Ibrahim, atau doa Rasulullah. Selamat mencoba dan bitaufiqillah. (Allahu a’lam). Oleh: Ustaz Heru Kusumahadi M.PdI Pembina Surabaya Hijrah (KAHF) — Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank: BSI: 708 2604 191 a.n Lembaga Manajemen Infaq atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425 Konfirmasi: 0823 3770 6554 — LAZ Nasional LMI Jakarta Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554 SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021 SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019
Cara Mengajarkan Anak Mencintai Al-Qur’an

Cara Mengajarkan Anak Mencintai Al-Qur’an

Mengajak anak mencintai Al-Qur’an tentulah perlu ikhtiar maksimal. Semua bahan pengajaran harus dikemas dengan menarik agar anak-anak di berbagai tahapan usia menjadi bergairah saat mempelajarinya. Matematika, sains, ilmu sosial dan tentu saja, ilmu agama harus disampaikan dengan cara yang memukau agar anak merasakan kejutan-kejutan yang menyenangkan ketika dipancing dengan sebuah pengetahuan. Termasuk Al Quran.
quran
Ada beberapa metode pengajaran ala Rasulullah saw. yang dapat kita terapkan. Misal, memancing dengan pertanyaan, “Tahukah kamu? Bagaimana cara terjadinya? Maukah kuberi tahu?” Al Quran sarat akan kisah-kisah yang menakjubkan. Orangtua dan pendidik perlu  menyajikan dengan cara-cara kreatif agar anak tertarik mendengarkan hal ihwal tentang Quran, suka mendengar bacaan Quran, menangis mendengar bacaan Quran, cinta membaca Quran, dan gemar menghafalnya. Tentu, tak mudah mengajak anak untuk melakukan itu semua. Maka, sebagai orangtua dan pendidik kita harus berupaya segiat mungkin mencari berbagai macam cara pengajaran. Salah satu hal yang disukai anak-anak adalah dengan bercerita. Suatu saat, saya memanggil anak-anak dan menanyakan, “Berapa sih jumlah pemuda Ashabul Kahfi?” Ada yang menjawab 10, ada yang kurang, ada yang lebih. Saya paparkan nama-nama Ashabul Kahfi versi tafsir Quran. “Nama mereka Maksalmina, Tamlikha, Marthunus, Birunus, Dominus, Yathbunus, Falyastathyunus dan nama anjing mereka Hamran atau Qithmir.” Mata anak-anak bercahaya, seruan mereka terdengar takjub. Membaca Al Kahfi di hari Jumat adalah kebiasaan yang kami coba tanamkan di tengah keluarga. Tentu kebiasaan ini tidak serta merta mengalir begitu saja tetapi ada contoh, motivasi, evaluasi dan penyegaran dengan kisah-kisah hikmah. Motivasi dengan mengingatkan, ”Ayo, jangan lupa baca Al Kahfi. Supaya dapat cahaya dari Jumat ke Jumat.” Evaluasi dilakukan sejak Dzuhur dengan mengingatkan, “Sudah baca Al Kahfi?” Diulang lagi sore hari, “Sudah baca?” dan bila sangat sibuk maka ketika jam lima senja hari harus duduk sejenak untuk mencoba membaca Al Kahfi sebisa mungkin. Itu baru tentang Al Kahfi. Bagaimana dengan 113 surat yang tersisa? Orangtua harus terus memberikan contoh, dorongan, evaluasi, dan penyegaran. Jangan sampai anak-anak dibiarkan begitu saja menghabiskan waktu sehari-hari tanpa sentuhan Quran sama sekali. Dunia anak-anak yang penuh keceriaan dan aktivitas, bisa jadi dipenuhi dengan canda tawa tanpa makna. Tapi bisa juga kita selipkan dengan sarana mengingat Allah, termasuk pengajaran Quran. Video-video YouTube pun banyak yang memberikan tadzkirah tentang Quran. Suatu ketika, saya dan si sulung melihat video tentang Alien in Quran. Penjelasan sang narator tentang QS Al Isra ayat 70: وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” Benar-benar mengejutkan dan yang pasti video itu langsung kami share di grup keluarga serta di akhir pekan ditonton lagi bersama. Betapa sedikitnya yang masih kita pahami dari rahasia Quran. Betapa menakjubkan cuplikan-cuplikan pengetahuan yang disematkan Allah dalam Quran. Bila anak kita suka sains, galilah ilmu pengetahuan alam dari Quran. Bila anak suka sejarah dan ilmu sosial, Quran banyak sekali menceritakan tentang kisah orang terdahulu. Lengkapi dengan tafsir dan Qishasul Anbiya agar kita sarat bahan cerita. Jika masih memiliki anak-anak usia TK dan SD, kisah fabel dalam Quran pasti mengesankan. Bila anak-anak beranjak remaja dengan segala problematikanya, jadikan surat-surat dalam Quran sebagai bahan diskusi seru, korelasikan dengan situasi terkini. Quran tak pernah usang. Quran selalu menakjubkan. Quran membuat ribuan bahkan jutaan orang di luar sana menjadi mualaf. Kalau kita sebagai keluarga muslim tidak tertarik untuk memelajari dan mencintai Quran, mungkin anak-anak kurang mendapatkan stimulus yang tepat dari orangtua dan lingkungan. Oleh: Sinta Yudisia Psikolog dan Penulis — Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank: BSI: 708 2604 191 a.n Lembaga Manajemen Infaq atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425 Konfirmasi: 0823 3770 6554 — LAZ Nasional LMI Jakarta Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554 SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021 SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019