Menjaga diri dan Keluarga dari Asupan Non Halal

Menjaga diri dan Keluarga dari Asupan Non Halal

Semua perintah Allah mengandung hikmah tasyri’, termasuk larangan mengkonsumsi makanan non halal, baik haram maupun syubhat. Makanan haram adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi baik karena dzatnya, maupun cara yang salah dalam mendapatkan dan menyajikannya. Sedangkan syubhat lebih terkait dengan cara mendapatkan, yang masih bercampur antara cara yang halal dengan cara yang haram.

 

Sedikitnya ada empat bahaya yang ditimbulkan dari asupan non halal.

Pertama, energi tubuh yang lahir dari asupan non halal lebih condong pada kemaksiatan dan terasa malas untuk beribadah. Jika asupan non halal itu diberikan kepada keluarga, maka kecil kemungkinan mereka menjadi orang yang shaleh.

Kedua, do’anya sulit diterima. Berdo’a itu butuh kesucian jiwa, setidaknya saat memanjatkan do’a tidak sedang membawa noda dalam dirinya. Orang yang mendapat asupan non halal akan selalu membawa noda itu kemanapun dia pergi. Sehingga do’anya sulit untuk diterima.

Ketiga, sulit menerima ilmu Allah. Ilmu Allah adalah cahaya, sedangkan cahaya tidak akan diberikan kepada ahli maksiat. Anak yang mendapatkan asupan non halal bisa saja pandai, tapi sulit mendapatkan ilmu yang mendorang pada kebaikan dan kedekatan kepada Allah.

Keempat, ancaman keras berupa siksa api neraka. Rasulullah saw  bersabda: “Setiap daging dan darah yang tumbuh dari perkara haram, maka neraka lebih utama terhadap keduanya,” (HR Al-Thabrani).

Pada suatu hari, Abu Bakar dibawakan makanan oleh pelayannya. Beliau pun menyantapnya. Pelayan itu berkata, “Apakah engkau tahu makanan itu? Abu Bakar menjawab, “Memangnya makanan apa itu? Pelayan itu berkata, “Pada zaman Jahiliah aku biasa meramal untuk seseorang. Aku sendiri tak mumpuni soal ramalan, sehingga aku sering mengelabuinya. Saat itu dia  datang menemuiku dan memberiku makanan itu. Dan makanan itu pula yang engkau makan saat ini.” Mendengar demikian, Abu Bakar langsung memasukkan jarinya (ke mulut), dan memuntahkan semua yang sudah masuk ke dalam perutnya (HR Al-Bukhari).

Sudah halalkah makanan kita?
—————————-

Ustadz  Nasiruddin Al Bajuri,  S. Ag., M. Th. I.
Dewan Pengawas Syariah Laznas LMI

————————

Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
💳 BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq

atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425

Konfirmasi: 0823 3770 6554


LAZ Nasional LMI Jakarta – Banten – Jawa Barat
Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019

Semangat untuk Ibadah

Semangat untuk Ibadah

Setiap hari kita melakukan ibadah, baik ibadah murni (mahdah) seperti shalat dan puasa, maupun ibadah yang tidak murni (ghairu mahdah) seperti bekerja untuk mencari nafkah yang halal dan membantu orang lain. Ibadah dengan berbagai macam ragam dan bentuknya, memiliki satu tujuan utama yaitu mendekatkan diri kepada Allah swt.

Apakah setiap ibadah pasti mendekatkan diri kita kepada Allah? Belum tentu. Tergantung bagaimana kita melakukannya, sudah benar atau tidak. Juga tergantung keadaan hati kita saat itu, benar-benar ikhlas karena Allah atau ada tujuan lain yang menyelinap dalam hati.

Pada umumnya, besar kecilnya nilai ibadah tergantung berat tidaknya ibadah itu ketika dilaksanakan. Rasulullah saw pernah berpesan kepada Fatimah ra: “kadar pahala yang akan kau dapatkan, tergantung kadar lelah yang kau rasakan”. Jadi ibadah yang terasa berat, seperti tahajud dalam keadaan sangat mengantuk, pahalanya lebih besar daripada saat tidak mengantuk. Sedekah dalam keadaan sulit, lebih besar pahalanya daripada sedekah dalam keadaan mudah. Begitu seterusnya.

Meskipun demikian, kita tidak boleh meremehkan amalan dan ibadah yang ringan dan sederhana. Kenapa? Karena kita tidak tahu, ibadah yang mana dari diri kita yang membuat Allah ridha. Bisa jadi Allah lebih ridha ketika kita melakukan ibadah-ibadah yang dianggap remeh orang lain. Dalam beberapa kesempatan Rasulullah menceritakan ada orang yang masuk surga hanya karena menolong seekor anjing, memberikan makan seekor kucing, dan menyelamatkan seekor burung. Kenapa bisa terjadi? Mungkin saat melakukan hal sederhana itulah hatinya sangat ikhlas sehingga Allah ridha.

Ikhlas dalam beribadah itu seperti apa? Secara sederhana, ketika kita melakukan suatu ibadah, hati kita merasa senang, tidak ada beban dan perasaan terpaksa, maka kita sudah ikhlas. Ketika tiba waktunya shalat jama’ah, Rasulullah saw  mengatakan kepada sahabat Bilal, “senangkan kami wahal Bilal!”, maksudnya, kumandankanlah iqamah. Rasulullah senang ketika melakukan shalat.

Bagaimana dengan kita? Jika kita masih menganggap ibadah itu sebagai beban maka kita tidak akan melakukannya dengan senang hati. Tapi ketika kita sudah menganggapnya sebagai kebutuhan, maka kita tidak hanya akan merasa senang, tapi sekaligus menikmatinya.

Lakukan ibadah dengan senang hati, karena bisa jadi itu ibadah terakhir kita. Jangan meremehkan ibadah yang sederhana, karena bisa jadi ibadah itulah yang mengantarkan kita pada ridha-Nya.
—————————-

Ustadz  Nasiruddin Al Bajuri,  S. Ag., M. Th. I.
Dewan Pengawas Syariah Laznas LMI

————————

Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
💳 BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq

atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425

Konfirmasi: 0823 3770 6554


LAZ Nasional LMI Jakarta – Banten – Jawa Barat
Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019

Fadilah Bershalawat

Fadilah Bershalawat

Terdapat suatu ibadah yang tidak hanya dilakukan oleh manusia sebagai hamba, tapi juga dilakukan oleh para malaikat, bahkan Allah swt. Ibadah itu tidak lain adalah bershalawat kepada Rasulullah saw. Kita bershalawat, malaikat bershalawat, dan Allah pun bershalawat, tentu dengan makna yang berbeda-beda. Shalawat dari Allah bukan ibadah, melainkan rahmat, shalawat dari malaikat bermakna istighfar, dan dari manusia bermakna do’a.

Salah satu bukti pentingnya shalawat adalah ibadah yang paling sakralpun seperti shalat tidak sah tanpa disertai dengan shalawat pada saat tasyahud akhir. Begitu pula do’a yang kita panjatkan kepada Allah tidak sempurna tanpa didahului dan diakhiri dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah. Artinya, shalawat adalah ibadah yang selalu menyertai ibadah-ibadah lain untuk mendekatkan diri kita kepada Allah.

Sahabat Ubay bin Ka’ab pernah bertanya kepada Rasulullah, “seberapa banyak shalawat yang harus aku baca dalam do’a-do’aku?” Rasulullah menjawab: “terserah egkau”. Ubay bertanya lagi, “bagaimana jika seperempat dari doaku adalah shalawat?” Rasulullah menjawab, “terserah, jika ditambah lebih baik”. Ubay kembali bertanya, “bagaimana jika separuh”, Rasulullah menjawab, “terserah, jika ditambah  lebih baik”. Ubay lanjut bertanya, “bagaimana kalau dua pertiga”, Rasulullah menjawab, “terserah, kalau ditambah akan lebih baik lagi”. Maka Ubay dengan mantap mengatakan, “Kalau begitu semua isi do’aku adalah shalawat”. Rasulullah kemudian bersabda, “Jika begitu, kesulitanmu akan dimudahkan dan dosamu akan diampuni”.

Ternyata dengan hanya membaca shalawat, tanpa mengutarakan apa yang menjadi keinginan kita sekalipun, Allah Yang Maha Tahu sudah berjanji akan mengabulkannya. selain itu hanya dengan membaca shalawat, tanpa disertai dengan istighfar sekalipun, Allah Yang Maha Pengampun sudah berjanji akan mengampuni dosa kita.

Mari di Jumat Berkah kita perbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW.

—————————-

Ustadz  Nasiruddin Al Bajuri,  S. Ag., M. Th. I.
Dewan Pengawas Syariah Laznas LMI

————————

Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
💳 BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq

atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425

Konfirmasi: 0823 3770 6554


LAZ Nasional LMI Jakarta – Banten – Jawa Barat
Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019

Self Awareness, Memahami diri Sebaik Mungkin

Self Awareness, Memahami diri Sebaik Mungkin

Rasulullah pernah menginstruksikan kepada sahabat Wabishah, “Istafti qalbaka was tafti nafsaka; mintalah fatwa pada hatimu dan mintalah fatwa pada dirimu”, dan hal ini diulang Rasulullah sebanyak tiga kali. Rasulullah menjelaskan, “karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” (HR. Ahmad)

Yap, inilah yang disebut dengan self awareness; memahami diri sendiri dengan sebaik-baiknya. Hal ini merupakan sebuah keharusan dan level tertinggi dari kesadaran diri. Bahwa setiap orang mampu menyadari dirinya adalah seorang hamba. Maka, Salah satu nilai kehidupan yang disampaikan oleh Rasulullah ini adalah kita diminta untuk mengenal diri kita sendiri dengan penuh kejujuran. Maka, saat diri mengalami problematika dalam kehidupan, diantara sekian banyaknya solusi, yang paling mendasar adalah mengawalinya dari diri sendiri.

Allah menciptakan setiap manusia itu dalam kondisi dan bentuk paling paripurna dengan potensi-potensi kebaikan yang berbeda-beda dan bisa dioptimalisasikan untuk menikmati kehidupan ini dengan jalan yang benar. Coba maknai redaksi “Sawwa; kesempurnaan penciptaan” pada QS. As Syams ayat 7, “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,” lalu ditegaskan pula pada QS. As Sajdah (32):9, “Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”

Jadi, kenalilah diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita mengenali orang lain. Manfaatnya tiada lain, Pertama, Agar kita lebih bersyukur atas anugerah kesempurnaan yang telah Allah karuniakan dalam diri ini. “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At Tin (94):4). Manfaat kedua, agar kita mampu mengoptimalkan segala potensi, kemampuan, ataupun energi yang kita miliki untuk menikmati kehidupan ini.

Mengutip ucapan Viktor Emil Frankl, sosok pendiri logoterapi dan analisis eksistensial pada bukunya Man’s Search for Meaning, bahwa, “Those who have a ‘why’ to live, can bear with almost any ‘how’; Dia yang memiliki (dan memahami) “mengapa” untuk hidup, pasti bisa menjawab hampir semua “bagaimana”. Jadi, jawaban atas pertanyaan bagaimana solusi dari semua masalahku? yaitu dengan mengetahui jawaban dari mengapa Allah memberikan ujian dan musibah kepada seseorang?. Saat kita pahami dari hadis Rasulullah. “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR. Bukhari). Ternyata inilah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.

Jadi, dari manakah sebaiknya kita mulai pengenalan diri sendiri? Tentu bisa dimulai dengan kembali menegaskan akan visi dan misi kehidupan, memahami kelebihan dan kekurangan diri, fokuslah pada tujuan hakiki kehidupan, dalami potensi diri untuk mengambil peran dalam kehidupan, dan perbanyak alasan untuk selalu bersyukur atas kenikmatan hidup. Dimana, semua ini akan bermuara pada kesadaran akan sudut pandang, pola pikir, perasaan, serta Tindakan. Dan menariknya dari sebuah riset yang dilakukan Harvard Business Review, banyak orang yang belum mengenali dirinya sendiri. Hal ini terbukti dari 50 responden hanya 10- 15% saja yang memiliki kesadaran diri sendiri (self-awareness).

Dalam upaya kita mengenali diri, diperlukan pula penilaian-penilaian dari eksternal, yaitu orang-orang yang ada disekitar kita. Ibaratnya cermin datar, orang terdekat kita akan membantu menilai dan memberikan valuenya ke kita. Sebuah pepatah arab menyampaikan, “Man yuhibbuka yaro fieka jamaalan lam tarohu anta fie nafsika; Orang yang mencintaimu melihat sebuah keindahan pada dirimu yang kau sendiri tidak pernah melihatnya”. Lalu belajarlah skill yang baru untuk kemudahan beradaptasi dengan segala hal yang baru, sebab dunia ini terus berubah dan berkembang sangat dinamis. Dengan ini perlahan kita akan mengubah cara berpikir, berperasaan, dan bertindak. So, yuk mengenal diri sendiri. Bitaufiqillah! (Allahu A’lam).

Oleh:
Ustaz Heru Kusumahadi M.PdI
Pembina Surabaya Hijrah (KAHF)

————————

Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
💳 BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq

atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425

Konfirmasi: 0823 3770 6554


LAZ Nasional LMI Jakarta – Banten – Jawa Barat
Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019

 

Belajar Menumbuhkan Kepedulian

Belajar Menumbuhkan Kepedulian

Beberapa waktu lalu saya ke Ngawi untuk membuka acara Gemilang Muharram bersama Bupati Ngawi. Di awal acara, saya langsung terkagum dengan salah satu pengisi tilawah, namanya Hidayatul Badriyah. Antara terharu karena rasa bahagia sekaligus sedih melihat kondisi salah satu binaan LMI ini. Gadis itu kerap disapa dengan nama Hida. Seorang penyandang kelainan hidung dan mata sejak lahir.

Namun luar biasanya, ia memiliki kecintaan dengan Al Quran sehingga hari ini di usianya yang ke 17 tahun Hida sudah mutqin menghafal Al Quran. MasyaaAllah. Saya kemudian berpikir, andai tidak ada seorangpun yang peduli kepada Hida, bagaimana kira-kira kondisinya sekarang? Kedua orang tuanya hanya kerja serabutan. Sedangkan keterbatasannya yang demikian, Hida memerlukan bantuan lebih untuk beraktivitas.

Tanpa uluran tangan para dermawan, mungkin Hida tidak sekolah, tidak melanjutkan hafalan, dan mungkin tidak memiliki harapan akan masa depan sebagaimana yang diharapkan anak lainnya. Saya bersyukur LMI bisa menjadi salah satu perpanjangan tangan para dermawan untuk peduli kepada sosok-sosok seperti Hida. Meski terpisah kota bahkan provinsi, atau jarak yang lebih jauh lagi, kita masih bisa membantu memberikan fasilitas terbaik untuk mereka yang membutuhkan.

Sebagaimana dalam surat An-Nisa ayat 36 Allah berfirman:

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,”

Di dalam ayat ini, Allah menghendaki umat muslim untuk berbuat baik (peduli) kepada siapa saja. Sebab berbuat baik kepada sesama itu tidak merugikan, melainkan memberi banyak manfaat yang dapat kembali kepada diri kita sendiri. So, mari kita latih dan tempa diri untuk lebih peka dengan keadaan sekitar, ya!

Seperti bola salju yang menggelinding dari ketinggian. Semakin bergulir, ia akan semakin membesar, membesar, dan terus meraksasa. Semoga, begitulah kepedulian kita beranak pinak menjadi kebaikan lain dari orang yang kita tolong yang kemudian akan membantu yang lain lagi.

Oleh:
Agung Wicaksono, S.T.
Presiden Direktur Laznas LMI

————————

Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
💳 BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq

atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425

Konfirmasi: 0823 3770 6554


LAZ Nasional LMI Jakarta – Banten – Jawa Barat
Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019

Istiqomah Sedekah, Hidup Zaim Jadi Lebih Indah

Istiqomah Sedekah, Hidup Zaim Jadi Lebih Indah

Muda, sholeh, mandiri, dan dermawan rupanya layak untuk menggambarkan seorang Hasan Ibrahim Zaim Albani yang berasal dari Desa Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Pemuda yang akrab disapa Zaim ini merupakan mahasiswa dengan seabrek kesibukannya yang kini sudah bisa menghidupi dirinya sendiri. Bahkan sudah mampu berdonasi secara rutin melalui LMI.

Zaim saat dibangku sekolah termasuk penerima manfaat Beasiswa LMI. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang mencukupi tidak membuatnya patah semangat. Ia justru terus mengukir prestasi, beberapa diantaranya adalah Juara 3 Musabaqoh Hifdzil Qur’an, Juara 3 lomba catur, bahkan sudah Hafidz 30 Juz Al Qur’an. Selain itu, di tahun 2020 Zaim berhasil diterima menjadi mahasiswa di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya lewat jalur SBMPTN.

Dampak pandemi mengubah hidup Zaim, ia mulai belajar otodidak dunia Digital Marketing seperti Shopee, Tokopedia, Instagram, dan Tik Tok Shop. Desember 2020 dengan modal terbatas, Zaim dibantu kakaknya mencoba menjalankan bisnis online di platform tersebut. Toko online yang menjual berbagai macam aksesoris handphone berbagai merek dan model itu ia beri nama “DJCELL, DJFAMILYSHOP”. Awal mula usahanya memang omset yang didapat tidak seberapa. Namun sekarang total penjualan bisa mencapai 150 juta perbulan dan mendapatkan penghasilan bersih 20% dari omset.

Pemuda berusia 21 tahun ini, mengajarkan kita bahwa kekuatan bersedekah mampu memberikan jalan yang indah lagi berkah. Semoga kisah Zaim ini bisa memberikan inspirasi bagi semua, terutama generasi muda. Tetap semangat dalam menjalani hidup walau dengan keterbatasan yang ada. Pandailah mengisi waktu untuk kegiatan bermanfaat yang dapat meningkatkan kapasitas diri dan bisa memberi manfaat untuk orang di sekitar.

————————

Sobat, cerita Zaim ini menjadi inspirasi bahwa berbagi tak memandang usia, yuk jadi muhsinin dan rasakan keberkahan dan kebaikan dari sedekah 🙂

Tunaikan Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf melalui Lembaga Amil Zakat Nasional LMI, transfer bank:
💳 BSI: 708 2604 191
a.n Lembaga Manajemen Infaq

atau klik https://www.zakato.co.id/payment/?pid=1425

Konfirmasi: 0823 3770 6554


LAZ Nasional LMI Jakarta – Banten – Jawa Barat
Jalan Desa Putera No.5 RT 1 RW 17, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan
www.zakato.co.id | Hotline: 0823 3770 6554
SK Kementrian Agama Republik Indonesia No. 672 Tahun 2021
SK Nazhir Wakaf Uang BWI No. 3.3 00231 Tahun 2019